Thursday, October 16, 2014

RAW vs JPEG


     Sebagai fotografer pemula, kita dibingungkan dengan pertanyaan:"Sebaiknya RAW atau JPEG?". Bagi fotografer profesional, pertanyaan ini jawabannya sudah pasti, RAW. Ya para profesional lebih memilih memotret dengan setingan file RAW.

     Bagaimana dengan fotografer pemula dan yang baru belajar?
Seperti kebanyakan orang yang baru belajar fotografi, sewaktu saya baru mulai belajar, saya takut untuk menggunakan file RAW, walaupun sudah banyak membaca bahwa kekuatan fotografi digital sebenarnya ada pada file RAW. Sehingga belakangan banyak kamera saku yang menawarkan kemampuan menghasilkan file RAW. File RAW bukan saja menawarkan keleluasaan untuk melakukan olah digital, bagi para profesional, RAW file juga dapat menyelamatkan sebuah foto yang rusak.

     Pada foto di atas, lampu kilat saya tidak menyala, kita tidak akan pernah tahu kapan kecelakaan datang bukan?


     Melalui Nikon Capture, saya dapat menyelamatkan sebuah foto yang under expose dengan mudahnya, dan tanpa merusak kualitas yang berarti. 


     Dulu, saya berpikir, "wah repot sekali, harus shoot RAW dan harus post process, malas ah". Namun setelah terbiasa, sebenarnya memotret file RAW itu tidaklah sulit. Post process atau olah digital yang saya maksud bukanlah olah digital untuk menambahkan efek-efek pada sebuah foto, melainkan untuk memaksimalkan warna, kontras, ketajaman agar foto dapat terlihat maksimal namun tetap natural.

     Saat ini settingan di kamera saya tidak pernah berubah, yaitu RAW+JPEG. Pastikan semua setting sudah baik sebelum kita memotret: cahaya, komposisi, exposure dan lain-lain. Sesudah itu, melalui Nikon Capture saya hanya merubah file RAW menjadi JPEG dengan ukuran yang saya ingini atau sesuai kebutuhan klien melalui batch-process.

     Jadi bagi fotografer yang baru ingin terjun mencari nafkah melalui fotografi, janganlah takut menjajal memotret menggunakan file RAW.


Salam,
Briand Liong 

No comments:

Post a Comment